Senin, 19 Desember 2011

Wawancara Dengan Prof. Dr. Ahmad Syafi’i Ma’arif


Dengan tidak memperpanjang kalam, izinkan saya dengan segala kekurangan untuk bertanya kepada buya mengenai beberapa hal terkait penelitian yang saya lakukan.
M. Arif           : Menurut Buya bagaimana hakikat pendidikan islam sebenarnya ?
Buya Maarif  : Hakekat pendidikan Islam adalah segala upaya untuk menggali dan mengembangkan potensi anak didik untuk diarahkan kepada cita-cita universal Islam tentang manusia berupa terciptanya pribadi Muslim yang cerdas secara intelektual, anggun secara moral, dan trampil dalam amal bagi kepentingan sesama.
M. Arif            : Bahwa Pluralisme seperti yang banyak buya jelaskan sebelumnya adalah keharusan guna menjaga keutuhan NKRI, karenanya semua lini termasuk Pendidikan harus bisa berperan dalam mendistribusikan nilai dan pemahaman tentang kemajemukan tersebut. Lantas, menurut Buya peran seperti apakah yang harus dilakukan dunia pendidikan islam menuju prospek masa depan pluralitas agama ?
Buya Maarif  : Saya lebih cenderung untuk menggunakan ungkapan NPRI (Negara Persatuan Republik Indonesia) daripada NKRI dengan alasan karena NKRI terasa lebih bercorak sentralistik, sedangkan NPRI lebih menghargai pluralisme sebagai fakta keras dalam struktur kebangsaan Indonesia yang masih dalam proses menjadi. Indonesia sebagai bangsa belum berusia satu abad, dimulai sejak 1920-an. Oleh sebab itu arah pendidikan Islam harus mengacu kepada pilar-pilar kebangsaan yang beragam itu. Sebagai penganut mayoritas umat Islam punya tanggungjawab yang besar dan strategis dalam menjaga keragaman itu, demi persatuan bangsa yang dinamis.
M. Arif           : Bahwa tidak semua lembaga pendidikan “mengaminkan” paham pluralis bukanlah sesuatu yang baru. Karenya, menurut buya usaha apa yang bisa kita lakukan agar semua lembaga pendidikan bisa ikut serta dalam mentransfer nilai dan paham plural tersebut ke segenap masyarakat bangsa ?
Buya Maarif  : Ini pekerjaan yang tidak mudah, tetapi harus diupayakan terus menerus, jika keutuhan bangsa ini memang ingin kita jaga dan pelihara. Oleh sebab itu pola-pikir (mindset) harus diubah agar konsep pluralisme diterima sebagai sebuah kenyataan dalam kita berbangsa dan bernegara. Sifat egoistik  agama, suku, tradisi, dan latar belakang sejarah harus ditundukkan kepada kepentingan keutuhan bangsa dan negara. 
M. Arif           : Selanjutnya, menurut buya bagaimanakah usaha yang bisa dilakukan dalam Penanaman Kesadaran Pluralisme Agama dalam Pendidikan Islam ?
Buya Maarif  :Karena pluralisme kebangsaan Indonesia adalah sebuah fakta objektif, maka tidak ada jalan lain bagi semua warga kecuali mengakuinya sebagai sebuah kekayaan kultural yang harus dikelola dengan hati-hati, lapang dada, dan penuh kesungguhan.
M. Arif           : Menurut buya, seperti apa tenaga pendidik yang ideal?.
Buya Maarif  : Sangat besar. Sosok yang sepenuhnya ideal mungkin sulit dicari, tetapi yang kita perlukan adalah sosok yang mendekati kualitas itu. Cirinya a.l. tugas mendidik  merupakan panggilan hidupnya; dia menyatu  dengan profesinya itu dengan  penuh rasa  cinta.
M. Arif           : Berkaca dari realita pendidikan hari ini, menurut buya pendidikan seperti apa yang benar dan ideal?
Buya Maarif  : Pendidikan yang benar adalah sebuah proses untuk membentuk manusia yang punya karakter kuat dan bertanggungjawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Populer

Bujang Lapok

Bujang Lapok
Bersama Feri, Ari, Fitrah dan Rudi