Sabtu, 04 Agustus 2012

REVITALISASI FUNGSI AL-QUR’AN SEBAGAI PELITA KEHIDUPAN

Refleksi Peringatan Nuzul Qur’an 17 Ramadhan 1433 H

Satu dari sekian banyak keberkahan dan kemulian bulan Ramadhan ialah didalamnya Allah SWT menurunkan wahyu pertama (Al-Qur’an) bagi Muhammad yang menjadi tonggak awal kenabian dalam mengemban misi ilahiyyah sebagai utusan Allah yang terakhir. kendati kemudian masih terdapat perbedaan pendapat dikalangan ‘alim ulama tentang awal turunnya pesan langit tersebut, tentulah bukan satu hal yang perlu diperdebatkan, karena selain hanya akan menguras energi, hal ini juga hanya akan mempersempit ruang silaturrahmi.
Dalam konteks Indonesia, jumhur ulama sepakat bahwa pesan langit  tersebut turun perdana pada bulan Ramadhan berdasarkan firman Allah : (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). (QS Al-Baqarah : 185).
Karenanya, dalam suasana Ramadhan disetiap masanya kita akan melihat dan menyaksikan berbagai bentuk peringatan Nuzul Qur’an (turunnya Al-Qur’an), mulai dari kegiatan khatam qur’an, tausiah, zikir dan lainnya. Tentunya ini patut di apresiasi sebagai salah satu upaya dalam proses menanamkan kecintaan terhadap kalamullah  tersebut. Namun apakah berbagai rangkaian kegiatan peringatan Nuzul Qur’an tersebut telah berhasil membawa qur’an benar-benar nuzul (turun) kedalam hati kita, sehingga menghasilkan sifat dan sikap yang merupakan cerminan dari Al-Qur’an?.
Jika masih ada tempat untuk berkata jujur, tentunya kita akan temukan jawaban bahwa “hal itu masih jauh panggang dari pada api”. Al-qur’an yang di hormati dalam kata, ternyata di injak-injak dalam laku. Ketika teks Qur’an di injak, kita seakan siap mati untuk membelanya, tapi tanpa kita sadari, hari-hari yang kita lalui tak pernah luput dari penginjakan demi penginjakan terhadap substansi doktrin langit tersebut. Kita hampir tak pernah bosan memohon hidayah (petunjuk) dari Allah, namun disaat yang sama petunjuk yang ada justru terabaikan.
Kehadiran Al-Qur’an merupakan petunjuk bagi manusia, itu tidak terbantahkan karena telah jelas dikatakan Allah dalam firmannya. Permasalahannya ialah ketidakmampuan atau mungkin ketidakmauan kita dalam me-nuzul kan fungsi Qur’an sebagai petunjuk dalam mengarungi hidup dan kehidupan. Padahal inilah pilihan yang tepat jika menginginkan kebahagian dunia dan akhirat. Hal ini senada dengan tawaran yang di berikan Nabi dalam hadits-Nya “barang siapa yang menjadikan qur’an didepannya (sebagai Imamnya), maka qur’an akan menghantarkannya ke Syurga, dan barang siapa yang menjadikan Qur’an di belakangnya, maka qur’an akan menyeretnya ke neraka”
Karena urgensitasnya (Al-Qur’an) sebagai pelita digelapnya kehidupan, maka me-nuzul kannya ke bumi manusia (hati) merupakan harga mati yang tak boleh ditawar. Untuk itu, Prof. Komaruddin Hidayat dalam bukunya “Agama Punya Seribu Nyawa” menuliskan, setidaknya ada beberapa syarat yang harus dilakukan agar Al-Qur’an bisa benar-benar berfungsi sebagaimana mestinya, untuk kemudian bisa membawa rahmat bagi kehidupan seluruhnya.
Syarat pertamanya : Menyucikan Hati.
Sebagai kitab yang senantiasa terjaga kesuciannya, maka ia (Al-Qur’an) hanya akan turun kepada mereka yang telah menyucikan hatinya. Hal ini ditegaskan langsung dalam salah satu ayat Al-Qur’an.  Karenanya, melalui keberkahan syahru as-shiyam ini, pendekatan intensif harus benar-benar dilakukan kepada Allah dengan berbagai ibadah, manfaatkan peluang sekecil apapun sebagai sarana ibadah dan pengabdian kepada sang Khaliq yang di imbangi dengan permohonan ampun kepada Allah atas segala salah dan dosa yang pernah dilakukan, baik dosa spiritual, terlebih atas dosa sosial yang harus terlebih dahulu mendapatkan ampunan sosial (maaf) dari mereka yang di zholimi.
Syarat kedua : Berpikir Cerdas dan Kritis (Head).
Untuk me-nuzul kan Qur’an ke Bumi Manusia (hati) maka diperlukan pemahaman terhadap apa yang akan di-nuzul kan tersebut. Maka untuk dapat memahami Al-Qur’an dengan baik dan benar seseorang harus bisa berpikir cerdas dan kritis. Cerdas dengan melepaskan berbagai kepentingan pribadi maupun kelompok terhadap Qur’an, sehingga  dalam mahaminya dapat bersikap obyektif tanpa memilah dan memilih antara ayat yang menguntungkan untuk di pedomani dan ayat yang dianggap merugikan dirinya. Dan kritis dengan melakukan dialog terhadap Al-Qur’an. Ia (Qur’an) akan berbicara dan mengajari siapa saja yang mau bertanya dan berdialog dalam memahami kandungannya. Al-Qur’an sebagai hudan linnas akan senantiasa “menantang” siapa saja yang ingin memahaminya, dan disaat yang sama Al-Qur’an akan membimbing orang tersebut.
Syarat ketiga : Mengimplementasikannya Dalam Kehidupan.
Dengan hati yang bersih dan pikiran yang cerdas/kritis, maka untuk dapat menuzulkan al-qur’an seseorang harus dapat mengimplementasikannya dalam sifat dan sikap, serta karya dan tindakan dalam kehidupan nyata. Sehingga buah dari kecintaannya kepada Kalamullah  tersebut akan membuahkan amal saleh, yang tercermin dalam berbagai karya nyata yang benar dan bermafaat bagi umat manusia.
Dengan demikian, ketika Al-Qur’an telah benar-benar nuzul dan berfungsi sebagai pelita di kehidupan, maka perlahan berbagai permasalahan kompleks kehidupan global diharapkan mampu terjawab dan terselesaikan. Tentunya dengan ikut menularkan virus-virus Qur’an kedalam hati muslim lainnya. Sejarah telah mencatat bahwa dengan Al-qur’an, Nabi Muhammad mampu menyeret umat dari jahiliyah menuju sebuah perdaban baru.
Akhirnya, di atas pentas Ramadhan kali ini mari bersama kita perbaiki lagu dan  tarian . Resap dan hayati dengan baik dan benar syair serta nada yang diiramakan oleh Qur’an untuk kemudian di implementasikan dalam lagu dan tarian kehidupan. Dengan demikian pementasan panggung kehidupan ini akan sukses. Baik sukses di dunia, terlebih sukses di akhirat. Amin ya Rabb. Billahi fii sabilil haq, fastabiqul khairot. Wassalamu’alaikum.

Yogyakarta, 04 Agustus 2012
Mukhrizal Arif, S.Pd.I
Penulis adalah Alumni FAI UMSU

Entri Populer

Bujang Lapok

Bujang Lapok
Bersama Feri, Ari, Fitrah dan Rudi