Dinamika kehidupan berbangsa dan agama dari masa
kemasa tentunya tidak lepas dari peran penting generasi muda yang senantiasa
mewarnainya dengan corak dan khas mereka sesuai tuntutan zaman. Karenanya,
dalam menghadapi tantangan globalisasi yang sudah merasuk dan menusuk sendi dan
nilai ke islaman, maka pengkaderan terhadap generasi muda bangsa khusus
kalangan mahasiswa merupakan harga mati
yang memang harus dilaksanakan . Penegasan akan hal tersebut disampaikan Allah
SWTyang artinya :
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir
terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa
kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar. (QS.
An-nisa’ :9)
Ayat diatas menunjukkan akan penting nya pengkaderan
yang di pola sedemikian rupa sehingga bisa mencapai hasil maximal bagi para
generasi muda, terlebih bagi kita kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang
merupakan regenerasi perserikatan Muhammadiyah di masa mendatang. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah tidak
dapat berdiri tegak, tidak mampu mewujudkan maksud dan tujuan, tidak mampu
mengimplementasikan trilogy serta tri dimensi pergerakan dan tidak akan pernah
mampu melawan kesewanang wenangan bila tidak didukung dan dihidupkan
keberadaannya oleh kader ikatan mahasiswa muhammadiyah yang militan dan
progresif berdasar Al Quran Dan Sunnah Rasulullah SAW. Keberadaan Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah ke depan pun ditentukan dengan siapa yang mencintai dan menyayanginya,
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah akan mati dan dilupakan begitu saja apabila kader
kadernya sebatas hanya kader biasa saja yang setelah ikut pengkaderan dan
dihiasi dengan janji janji yang tak pernah ia laksanakan lalu hilang seperti
ditelan bumi. Oleh karena itu untuk menghidup hidupkan ikatan mahasiswa
muhammadiyah tidak terbatas hanya konsep saja namun implementasi gerak kader
yang militan dan progresif juga sangat dibutuhkan.
Namun
untuk mewujudkannya tidaklah semuda membalikkan telapak tangan, ikatan ini
membutuhkan orang orang yang bisa menjadi sosok seorang pencerah untuk
menggugah dan mengarahkan kembali kader ikatan ini kembali kepada khittah
perjuanagannya. Allah SWT berfirman yang artinya :
Dan hendaklah ada di
antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang
ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung (Ali Imran
: 104)
Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah hadir memenuhi firman Allah dalam ayat di atas untuk
menyeru kepada kebajikan,menyuru yang ma’ruf dan selalu menjadi kapak berhala
berhala kemunkaran yang meraja lela selain itu persoalan bangsa dan umat islam
juga merupakan dasar didirikannya ikatan tercinta ini.Keberadaan Ikatan
mahasiswa muhammadiyah ditentukan dari seberapa besar kecintaan kader terhadap
ikatan tersebut. Kader Merupakan tonggak penggerak dan penentu maju mundarnya
ikatan yang dimana dalam dirinya ada tanggung jawab besar untuk membesarkan
ikatan ini,apabila ikatan tidak didukung oleh kader yang militant dan progresif
maka sudah dapat ditebak hasilnya akan jalan ditempat bahkan jalan mundur dari
masa keberadaan ikatan sebelumnya. Allah menegaskan
Sesungguhnya
Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (QS. Ar
ra’d : 11)
Dalam
penggalan ayat ini telah dijelaskan bahwa keadaan suatu kaum,ikatan,organisasi
atau persyarikatan tidak akan berubah sendiri dan begitu saja tanpa kader dari
ikatan itu sendiri yang merubahnya.Ikatan yang progresif dan disegani akan
terbalik keadaannya bila ke depan hanya di isi oleh kader yang hanya
menampakkan nama namun tak meninggalkan jejak kerja,tidak mengimplementasikan
trilogi,tidak berbuat untuk ikatan,yang hanya terbatas atas konsep saja tanpa
eksekusi yang jelas maka tunggulah wafatnya dan dilupakan oleh pencintanya. Begitu
Pula Sebaliknya Ikatan yang tak bernyawa di masa lalunya, bila di isi oleh
kader yang militan,progresif,berprestasi dan mengharumkan nama ikatan maka
ikatan itu akan bangkit tampil di depan dan tak akan pernah diam karena diam
adalah penghianatan dan dosa besar bagi penyeru kebenaran,penyuruh yang ma’ruf
dan mencegah dari yang mungkar. Untuk membentuk kader ikatan yang militan dan
progresif ini tidak terbatas hanya kemauan kader saja namun bagaimana
instruktur pengkaderan dan pimpinan mampu mengorganisir,menggerakkan dan
memotivasi gelora semangat kader beserta potensinya untuk bergerak militan dan
progresif.Instruktur pengkaderan memiliki peran yang besar dalam pengkaderan
untuk memantapkan kinerja ke depan karena saat pengkaderan lah kader ini merasakan
awal dari kecintaan terhadap ikatan yang selanjutnya setelah pengkaderan
selesai tugas ini dilimpahkan kepada pimpinan untuk mendampingi kader agar
lebih matang serta menambah keterlibatan kader di ikatan baik itu melalui
kegiatan atau aksi yang dilaksanakan oleh ikatan mahasiswa muhammadiyah. Selain
Itu agar mewujudkan cita cita ini hendaknyalah dilakukan pendampingan terhadap
kader yang masih goyah agar tetap dapat melaksanakan tanggung jawabnya sebagai
kader ikatan,hal ini dilakukan agar tidak terjadi lagi kader yang setelah
pengkaderan lalu beberapa bulan menghilang dari ikatan yang tentunya merugikan
ikatan secara umum dan kader itu sendiri secara khusus. Dengan kerjasama kader
pimpinan dan kader instruktur yang baik dalam mengelola kader serta beberapa
kiat membangun di atas,insya Allah ikatan mahasiswa muhammadiyah tercinta ini
akan dihiasi dan digerakkan oleh kader kader ikatan yang militan dan progresif
yang setiap gerak langkahnya ber-fastabiqul khairat untuk mewujudkan tujuan
ikatan mahasiswa muhammadiyah yaitu mengusahakan terbentuknya akademi islam
yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan muhammadiyah.
Dengan
demikian, ketika kader ikatan sudah terbingkai sedemikian rupa melalui
pematangan pengkaderannya maka manifesto dalam pengaplikasian tridimensi
pergerakan IMM pun bisa terlaksana,
sehingga Tridimensi pergerakan tersebut tidak lagi hanya menjadi konsep yang
usang seiring bertambahnya usia ikatan. Dalam manifesto pergerakannya, untuk
medapatkan hasil yang maksimal guna mencapai tujuan maka tridimensi / trilogy ikatan ini haruslah bisa
berjalan beriringan dan saling melengkapi, tanpa ada yang didahuluka atau
menjadi orientasi tertentu. Sebab kematangan sebuah kader tidak akan didapat
ketika ia hanya bergerak pada salah satu dari tridimensi atau trilogy ikatan,
baik keagamaan, kemahasiswaan maupun kemasyarakatan.
Tridimensi/Trilogi
ikatan merupakan pengejawantahan nilai-nilai ikatan guna ditransformasikan pada
masyarakat dalam paradigma ikatan. Terbentuknya trilogi ini sudah mengalami
refleksi yang panjang dan lama sehingga dikenal sampai sekarang. Trilogi ikatan
yang kita kenal merupakan suatu bentuk atau lahan perjuangan ikatan dalam
segala ranah. Tetapi ada persoalan yang penting dalam trilogi ikatan selain
menjadi ruang gerak ikatan dalam melakukan perubahan yakni menjadi paradigma
gerakan. Trilogi merupakan doktrin yang sudah terinternalisasi untuk itu, agar
menjadi paradigma gerakan paling tidak kita melakukan penafsiran yang
kontektual terhadap trilogi agar dapat menjawab persolan global ini.
Tafsiran
terhadap trilogi ikatan yang dikenal oleh teman-teman kader ikatan dengan
sebagai trikompetensi ikatan. Tafsiran terhadap trilogi ikatan sebagai berikut;
¨
Kemahasiswaan menjadi Intelektualitas
¨
Keagamaan menjadi Religiusitas, Transendensi
¨
Kemasyarkatan menjadi Humanisasi, Liberasi
Kemahasiswaan.
Mahasiswa merupakan massa yang real dalam ikatan dan merupakan jati diri ikatan
sebagai organisasi pergerakan dalam mengontrol jalannya pemerintahan agar
kebijakannya populis. Mahasiswa juga merupakan pelajar yang terdidik dalam
dunia akademisi, sebagaimana dalam dunia akademisi apa yang dilakukan rasional
dan ilmiah dalam menyikapi suatu realitas sosial. Kita juga dapat melihat dari
Deklarasi Kota Barat dapat mengembil apa yang dilakukan yang salah satu
pointnya ilmu ilmiah dan amal ilmiah apa yang dilakukan oleh ikatan.
Dengan semangat kota barat ini apa yang dilakukan oleh ikatan merupakan selaras
dengan dunia kemahasiswaan oleh karena itu, kemahasiswaan dapat ditafsirkan
dengan intelektualitas. Intektualitas yang dimiliki oleh ikatan bukan hanya
intelektual saja, tetapi intelektual yang bersendikan pada nilai-nilai ikatan.
Sifat intelektual ikatan yang jelas berbeda dengan intelektual organik miliknya
Antonio Gramsi yang dipopulerkan oleh Mansour Fakih atapun intektual
tradisonal.
Keagamaan.
Keagamaan merupakan hal yang terpenting dalam ikatan dikarenakan ikatan sebagai
organisasi otonom dari Muhammadiyah yang mengupayakan terbentuknya Islam yang
bermanfaat bagi manusia dan alam. Keagamaan yang dimiliki oleh ikatan merupakan
ruh gerakan dan sumber inspirasi dalam gerakan sosial serta tujuan dari gerakan
sosial yang dilakukan oleh ikatan. Keagamaan memiliki fungsi dalam ikatan
sebagai arahan, cara dan penguatan gerakan dalam melakukan transformasi sosial.
Keagamaan dalam perfektif ikatan dapat membentuk gerakan yang religius dalam
beragama dan pemikiran yang transenden. Pemikiran dan gerakan transenden
merupakan pemikiran dan gerakan yang dapat melampaui masanya sebagaimana yang
terjadi pada era Muhammad saw (Kontowijoyo, Strukturalisme
Trasendental).
Gerakan yang religius dan transenden ini meruapakan ineraksi dengan nilai-nilai
agama dalam praksis kemanusiaan serta alam. Keagamaan dalam ikatan menjadi ruh
dalam kemasyarakatan dan kemahasiswaan, keagamaan dalam ikatan juga bersifat
yang liberasi, humanisasi dan juga mencerdaskan.
Kemasyarakatan.
Masyarakat merupakan suatu kumpulan person membentuk kelompok sosial yang
beragam dalam suatu komunitas bersifat dinamis dan bergerak. Gerakan yang
dilakukan oleh masyarakat sangatlah terpengaruh pada lingkungan sekitar atau
sebagaian besar dari warganya, misalkan pada masyarakat petani maka dalam
geraknya sesuai mekanisme alam yang tergantung pada musim. Masyarakat yang
selama ini merupakan suatu subjek perubahan tetapi kurang dilibatkan dalam
mengambil keputusan yang dilakukan oleh pemegang kekuasaan. Masyarakat disisni
ditempatkan pada objek perubahan bukan subjek perubahan. Oleh karena itu,
kemasyarakatan dalam ikatan menjadikan masyarakat sebagai pelaksana
transformasi sosialnya. Kemasyarakatan sebagai person sebelum melakukan
perubahan maka di perlukan adanya humanisasi dalam dirinya. Setelah menjadi
kesadaran kolektif maka yang diperlukan adanya proses liberasi dalam segala macam ketertindasan.
Ketertindasan yang terjadi dalam masyarakat seperti ketidakadilan dalam ranah
hukum, gender, ekonomi, politik, alam dan yang lain.
Hal
yang paling urgent dalam trilogi ini adalah merupakan suatu kesatuan
integralitas yang harus dilaksanakan dan dimiliki oleh ikatan guna menciptakan
transformasi yang dicita-citakan bersama. Trikompetensi ini harus tertanam dalam
diri kader sehingga dapat menjadi paradigama serta gerakan yang diinginkan oleh
ikatan. Sedangkan triloginya, merupakan lahan (garapan) ikatan dalam tiga
tempat yakni dalam dunia kemasiswaan, kegamaan dan kemasyarakatan.
Dengan
demikian, yakinlah semua akan berakhir indah pada saatnya.
Billahi
fisabilihaq, fastabiqul khairot.
Wassalamu’alaikum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar