MUKHRIZAL ARIF
PC IMM
KOTA MEDAN
I.
Identitas Bangsa di Tengah Arus
Globalisasi
IDENTITAS dilihat
dari aspek waktu bukanlah suatu wujud yang sudah ada sejak semula dan tetap
bertahan dalam suatu esensi yang abadi. Sedangkan dilihat dari aspek ruang juga
bukan hanya satu atau tunggal, tetapi terdiri dari berbagai lapisan identitas.
Lapis-lapis identitas itu tergantung pada peran-peran yang dijalankan, keadaan
objektif yang dihadapi, serta ditentukan pula dari cara menyikapi keadaan dan
peran tersebut.
Dengan demikian, di satu sisi identitas akan terbentuk
berdasarkan kemauan kita sendiri, sedangkan di sisi lain identitas akan sangat
tergantung dari kekuatan-kekuatan objektif yang terjadi di sekitar kita yang
mengharuskan kita untuk meresponsnya. Dan, respons tersebut secara tidak
langsung juga memberi bentuk lain terhadap apa yang kita anggap sebagai diri
kita saat ini.
Identitias bukanlah suatu yang selesai dan final, tetapi
merupakan suatu kondisi yang selalu disesuaikan kembali, sifat yang selalu
diperbaharui, dan keadaan yang dinegosiasi terus-menerus, sehingga wujudnya
akan selalu tergantung dari proses yang membentuknya. Perjalanan sejarah bangsa
ini, ketika memasuki era reformasi justru dipenuhi khaos, tambal sulam, bahkan
tanpa persiapan yang mamadai untuk menciptakan suatu strategi kebudayaan. Maka
ketika arus informasi dibuka dengan lebar, sejalan itu pula televisi telah
membentuk kebudayaan massa yang serba cepat.
Semakin
maraknya semangat globalisasi membuat berbagai negara semakin gencar terlibat
dalam interaksi global. Baik itu dalam skala bilateral, regional, ataupun
multilateral. Semua orang juga sekarang semakin bergerak menyatu menjadi sebuah
masyarakat dunia, terutama dengan adanya internet. Namun semakin dunia bersatu,
keberadaan identitas sebuah bangsa menjadi semakin penting, terutama karena
identitas bangsa yang akan menjadi landasan kita dalam mengembangkan potensi
yang dimiliki negara ini. Agar dapat bertahan dari derasnya arus perubahan di
era globalisasi ini, Indonesia perlu segera melakukan revitalisasi terhadap
identitas bangsanya.
Secara
umum, identitas bangsa memiliki tiga fungsi utama. Pertama, sebagai pemersatu.
Kedua, sebagai ciri khas yang membedakan sebuah bangsa dari bangsa yang lain.
Ketiga, sebagai pegangan atau landasan bagi sebuah negara untuk berkembang atau
mewujudkan potensi yang dimiliki.
Pembentukan identitas dan karkater bangsa sebagai sarana
bagi pembentukan pola pikir (mindset) dan sikap mental, memajukan adab
dan kemampuan bangsa merupakan tugas utama pembangunan kebudayaan nasional.
Dalam berbagai wacana, pembicaraan tentang pembangunan dan pengembangan
kebudayaan nasional sering mengemuka. Namun strategi kebudayaan nasional untuk
menjawab wacana tersebut belum banyak dikemukakan dan dirancang selama lebih
dari setengah abad usia negara ini.
Padahal, gagasan kebudayaan nasional Indonesia yang
menyangkut kesadaran dan identitas sebagai satu bangsa sudah dirancang saat
bangsa kita belum merdeka. Hampir dua dekade sesudah Boedi Oetomo, Perhimpunan
Indonesia telah menanamkan kesadaran tentang identitas Indonesia dalam
Manifesto Politiknya (1925), yang dikemukakan dalam tiga hakikat, yaitu:
(1) kedaulatan rakyat,
(2) kemandirian, dan
(3) persatuan Indonesia.
Gagasan ini kemudian segera direspons dengan semangat
tinggi oleh Sumpah Pemuda pada tahun 1928.
Berdasarkan kenyataan tersebut sebenarnya ada dua hal
pokok yang perlu menjadi titik tolak utama dalam “membentuk” kebudayaan
nasional, yaitu identitas nasional dan kesadaran nasional. Di masa awal
Indonesia merdeka misalnya, identitas nasional ditandai oleh bentuk fisik dan
kebijakan umum bagi seluruh rakyat Indonesia (di antaranya adalah penghormatan
kepada Sang Saka Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, Bahasa Indonesia,
dan seterusnya). Sementara kesadaran nasional dipupuk dengan menanamkan gagasan
nasionalisme dan pluralisme. Kesadaran nasional selanjutnya dijadikan dasar
dari keyakinan akan perlunya memelihara dan mengembangkan harga diri bangsa,
harkat dan martabat bangsa sebagai upaya untuk melepaskan bangsa ini dari subkordinasi
(ketergantungan, ketertundudukan, keterhinaan) terhadap bangsa asing.
II.
Transormasi Nilai dan Identitas
Ikatan
Jika dilihat dalam undang-undang ikatan yakni AD dan ART
Ikatan, tujuan ikatan yakni terbentuknya akademisi Islam yang berakhlak mulia guna
mencapai cita-cita Muhammadiyah. Melihat dari tujuan ikatan kita
dapat meraba apa yang sebenarnya yang dicita-citakan oleh ikatan. Disini
menggambarkan bahwa ikatan memiliki tujuan yang sinergis dengan muhammadiyah,
maka apa yang dilakukan oleh ikatan guna mencapai apa yang telah dicita-citakan
oleh Muhammadiyah. Sebelumnya ada syarat guna mencapai apa yang dicita-citakan
bersama tadi, yaitu harus melihat kata sebelumnya. Kata tersebut menjadi
penting, dikarenakan melihat oreintasi ikatan didirikan dan mau dibawa kemana.
Kata terbentuknya akademisi Islam yang berakhlak mulia merupakan suatu gambaran
seorang kader ikatan dalam mengaktualisasikan dirinya pada masyarakat atau yang
lain. Kader disini memiliki pola fikir atau krangka ananalisis yang rasional,
ilmiah, memiliki keshalehan sosial dan individual. Kata akademisi Islam yang
berakhlak mulia merupakan suatu kata yang integral tidak dapat dipisahkan
antara satu dengan yang lain dikarenakan kalau dipaksa dipisahkan akan
menghasilkan makna yang berbeda sehingga menjadi kabur dan kurang jelas.
Membentuk
Akademisi islam yang berakhlak mulia merupakan bagian dari usaha dalam
mewujudkan masyarakat islam yang sebenar benarnya yang pada akhirnya pasca
terbentuknya masyarakat tersebut, maka diharapka dapat membentuk dan
menghantarkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang Berperadaban Progresif.
Peradaban
Progresif memiliki ciri khas masyarakat social yang tidak berbasis kepada
keputus-asaan (pesimisme) melainkan pada (optimisme).dalam Basasa Max
Horkheimer dan welter Benjamin, Perubahan masyarakat itu hendaknya berbasis
pada kekuatan kritis yang dibangun ditengah tengah inti masyarakat yang
menghargai ruang individu (Piet H Khaidir : Nalar kemanusiaan : 349)
Dalam
menuju dan membentuk kedaulatan bangsa serta dalam menuju peradaban yang
progresif maka diperlukanlah formula yang tepat dan progresif pula. Maka
transformasi nilai dan identitas Ikatana merupakan salah satu formula yang pas
dan tepat dalam upaya mencapai dan menuju hal tsb.
Identitas Ikatan
Untuk terus mengembangkan hidup dan
kehidupan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah serta amal geraknya maka perlu
ditegaskan identitas IMM sebagai berikut :
-Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
adalah organisasi kader yang bergerak di bidang keagamaan, kemasyrakatan dan
kemahasiswaan dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah.
-Sesuai dengan gerakan Muhammadiyah maka Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah memantapkan gerakan dakwah di tengah-tengah masyarakat khususnya di kalangan mahasiswa.
-Setiap anggota Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah harus mampu memadukan kemampuan ilmiah dan akidah.
-Sesuai dengan gerakan Muhammadiyah maka Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah memantapkan gerakan dakwah di tengah-tengah masyarakat khususnya di kalangan mahasiswa.
-Setiap anggota Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah harus mampu memadukan kemampuan ilmiah dan akidah.
-Oleh
karena setiap anggota harus tertib dalam ibadah, tekun dalam study dan
mengamalkan ilmunya untuk menyatalaksanakan ketaqwaan dan pengabdiannya kepada
Allah SWT.
PENJELASAN
IDENTITAS IMM
I.
Pengalaman sejarah mengajarkan kepada kita bahwa suatu organisasi didalam melintasi
perjalanan hidupnya akan bergerak secara mantap apabila identitas atau
kepribadiannya atau syakhsyiahnya nampak jelas dan tegas.
Selama
identitas itu masih kabur maka “raison de etre” dari organisasi itu akan tetap
dipersoalkan yakni apakah organisasi itu mampu menjawab tantangan jamannya atau
tidak. Selain itun masih juga dipersoalkan apakah organisasi itu dengan
identitasnya Assuoh benar-benar dikembangkan untuk merealisir idea
kelahirannya.
Hal
seperti ini berlaku pula dengan ikatan kita, yang bertujuan mebentuk akademisi
islam yang berkahlaq mulia dalam rangka mewujudkan tujuan muhammadiyah, maka
perlu identitas dirumuskan dalam suatu formulasi yang jelas, namun harus
diingat bahwa identitas ini harus inherent dalam tubuh Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
sejak ia lahir di tengah-tengah masyarakat bangsa Indonesia.
Dalam pada
itu harus diingat pula identitas dengan adanya identitas Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah yang telah dirumuskan di atas sama sekali tidak tergantung makana
bahwa Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah memiliki kepribadian berbeda dengan
kepribadian Muhammadiyah, sehingga seolah-olah memiliki kepribadian ganda.
Kepribadian Muhammadiyah adalah secara concerent juga kepribadian Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah, akan tetapi karena fungsi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
sebagai exponen mahsiswa dalam tubuh Muhammadiyah memiliki ciri-ciri khusus.
Dan
sebagai Ikatan dari Mahasiswa Muhammadiyah ia juga memiliki ciri-ciri yang
membedakannya dari perkumpulan mahasiswa lainnya. Ciri-ciri khusus yang
membedakannya dari organisasi mahasiswa lain itulah yang dirumuskan dalam
identitas Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah.
II. Dalam
gerak perjuangan didalam bidang keagamaan, kemasyrakatan dan kemahasiswaan
untuk mencapai tujuan Muhammadiyah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah telah
meletakkan beberapa dasar falsafah, bagi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dasar
falsafah yang dipegang adalah :
- Semua
amal geraknya harus diabdikan untuk Allah semata.
-
Keikhlasan harus senantiasa menjadi landasan geraknya.
- Ridho
Allah SWT, harus menjadi ghayah terakhirnya, karena tanpa ridho-Nya tidak akan
pernah ada sesuatu hasilnya yang bisa dicapai.
- Tenaga
perbuatan (power of action) sangatlah menentukan karena nasib kita akan banyak
tergantung akan usaha dan perbuatan kita sendiri.
- Falsafah
Al-Ghayatu yabarriru al-washilah atau apa yang disebut “the oad justifies the
means” haruslah disingkirkan jauh-jauh karena tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sebagai organisasi yang berpegang teguh pada ajaran nilai-nilai Islam penyakit kelelsuan berorganisasi atau perebutan jabatan dalam organisasi tidak bolah terjadi karena tujuan akhir perjuangan kita sekali lagi adalah ridho Allah dan bukan selainnya. Keikhlasan berjuang memang sengaja ditekankan, karena itu merupakan pokok bagi keberhasilan usaha kita, disamping itu selalu menjadi benteng yang kuat terhadap penyakit-penyakit patah semangat dan lain-lain kiranya sangat baik rangkaian kata-kata berikut selalu kita ingat :
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sebagai organisasi yang berpegang teguh pada ajaran nilai-nilai Islam penyakit kelelsuan berorganisasi atau perebutan jabatan dalam organisasi tidak bolah terjadi karena tujuan akhir perjuangan kita sekali lagi adalah ridho Allah dan bukan selainnya. Keikhlasan berjuang memang sengaja ditekankan, karena itu merupakan pokok bagi keberhasilan usaha kita, disamping itu selalu menjadi benteng yang kuat terhadap penyakit-penyakit patah semangat dan lain-lain kiranya sangat baik rangkaian kata-kata berikut selalu kita ingat :
- Semua
orang pada hakekatnya mati kecuali yang berilmu.
- Semua
yang berilmu akan bingung kecuali yang beriman.
- Semua
yang beriman akan rugi, kecuali yang beramal shaleh.
- Semua
yang beramal shaleh akan kecewa dan menyesal, kecuali yang ikhlas.
III.
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah organisasi kader, jadi bukan organisasi
massa. Pengertian Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sebagai organisasi kader harus
ditafsirkan bahwa setiap Mahasiswa yang akan menjadi anggota Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah tidak cukup hanya dengan memehami dan menyetujui AD dan ART Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah saja, akan tetapi ia harus bersedia dan sanggup
mendukung secara aktif cita-cita dan program organisasi serta selalu berusaha
untuk melaksanakan tuntutan-tuntutannya.
Konsekuensi
logis dari watak organisasi kader yang demikian adalah mutlaknya pelaksanaan
konsolidasi, kaderisasi dan kristalisasi yang bagi IMM 3 K merupakan organisasi
“pourtujuors” atau kegiatan rutin bagi dirinya selain itu pengertian IMM kader
ialah Muhammadiyah yakni intelegensia atau ulama yang akan menjadi tulang
punggung dari pergerakan di lingkungan Muhammadiyah, IMM adalah pelopor,
pelangsung, dan pelaksana amal usaha Muhammadiyah.
IV. Sikap
daripada gerakan IMM adalah sama dengan Muhammadiyah, yakni gerakan adkwah
islamiyah (amar makruf nahi mngkar). Sudah barang tentu usaha serta
perjuangannya adalah sesuai dengan keadaan/kadar kemampuannya. Dalam
uasaha-usaha yang besar, ia harus menggabungkan kekuatannya dengan
Muhammadiyah, bahkan kadang-kadang harus sudah puas menjadi kekuatan
suplementer bagi Muhammadiyah, pola-pola gerakan IMM pada pokoknya juga sama
dengan perjuangan Muhammadiyah yakni :
-
Pembinaan aqidah
- Penyebar
luas ilmu ajaran-ajaran islam,
-
Penyatalaksanaan amalan-amalan islam.
V. Setiap
anggota IMM harus sanggup memadukan kemampuan ilmiah dan aqidah Islam
penjelasan dari pengertian ialah bahwa selama studi setiap anggota IMM harus
berusaha mencapai kemapuan ilmiah dibidangnya masing-masing sebaik mungkin
sambil mengintegrasikan kemampuan ilmiah itu dengan aqidah guna persiapan
perjuangan diamas depan. Oleh karena perjuangan yang panjang yang sesungguhnya
(yakni lebih berat) akan kita hadapi di masa past studi atau setelah
berakhirnya mahasiswa/kuliah. Kemampuan yang dipadukan dengan aqidah yang kokoh
kiranya akan menentukan penyelamatan Islam dizaman modern ini. Kebanyakan ulama
berpendapat bahwa salah satu permasalahan sentral yang dihadapi dunia Islam dan
umatnya dari serbuan isme-isme, kultur dan perdaban non Islam terutama yang datang
dari barat. Biasanya masyarakat Islam dalam menghadapi serbuan itu terpecah
menjadi tiga golongan :
- Pertama
: kaum konservatif, yang berpendirian umat islam bisa menyelamatkan dirinya
dari pengaruh-pengaruh non Islam asal mau tetap berpegang teguh pada
nilai-nilai tradisional yang sudah ada. Demikian pula gaya dan cara yang sudah
estabished harus tetap diawetkan, karena dengan (hanya) inilah kemurnian Islam
dijaga.
- Kedua :
kaum dinamis yang beranggapan bahwa karena umat Islam sudah ketinggalan zaman
dibandingkan dengan bangsa-bangsa barat maka, untuk mengejar ketingglan itu
jalan satu-satunya adalah bersumber cultur barat dari semua segi-seginya. Mudah
kita bayangkan kaum modernis ini kehilangan identitasnya sebagai islam
kendatipun masih mendewakan dirinya sebagai seorang muslim tulen.
- Ketiga :
kaum renaissance yang berkeyakinan bahwa islam pasti bisa menjawab
persoalan-persoalan zaman asalkan umat islam sendiri sanggup menegakkan islam
secara konsekuen. Kaum ini selalu berusaha menterjemahkan ajaran-ajaran islam
menjadi realistis ditengah-tengah masyarakat modern, tidak isolatip dan tidak
pula apriori terhadap kultur barat.
Jadi
keharusan setiap anggota Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dalam tertib ibadah dan
tekun dalam studi, taqwa dalam pengabdiannya kepada Allah SWT. Ibadah adalah
masalah pokok dalam Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah terutama didalam kifayahnya
yang benar senantiasa berjamaah. Kita harus sanggup melenyapkan kenyataan yang
begitu ironis dilingkungan kita. Tekun dalam studi diharapkan kader Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah mampu menyelesaikan studi dengan kapasitas yang baik dan
tepat waktu.
Terakhir,
pengalaman ilmu bagi kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah merupakan kewajiban
belajar (menuntut Ilmu), oleh karena trilogi kita adalah belajar, beramal,
berjuang.
Menuju
Diaspora Gerakan Ikatan
Ikatan
dalam gerakanya terbagi menjadi dua macam dalam melakukan transformasi social.
Gerakan yang dilakukan oleh ikatan dikarenakan ikatan secara kelahirannya
terlahir dalam dua gerak yakni sebagai organisasi kader dan organisasi
pergerakan. Ini merupakan takdir social yang berada di ikatan yang tidak dapat
dinafikan tetapi tugas ikatan mengupayakan ikatan dapat menjelaskan dan
mencipataka secara social yang lebih baik dan humanis. Sejarah yang berkembang selama
ini merupakan perkebangan materialism dialektik dikarenakan dalam peradaban
unsure yang dominant merupakan nafsu kekuasaan dan menjajah bukan
memanusiaakan. Hal ini dapat dilihat dari peradaban barat dengan semboyan yang
dimiliki untuk melakukan imprealismenya good, gospel and glory. Oleh karena itu
tugas ikatan menjadikan perkembangn sejarah lebih humanis dan religius, ini
dapat dilihat dari bentuk transformasi social yang dilakukan oleh para nabi
sebagai utusan Tuhan.
Bentuk
diaspora gerakan sebenarnya sudah dilaksanakan oleh KH. Ahmad Dahlan dengan
pesan yang singkat tetapi memberikan arti dan makna; “Jadilah kamu seorang
insinyur, dokter, matri tetapi kembalilah untuk Muhammadiyah”. Anjuran yang
dilakukan oleh KH. Ahmad Dahlan merupakan pilihan yang tepat dan konstekstual
diterapkan pada ikatan atapun Muhammadiyah. Sederhananya Muhammadiyah ingin
bahwa umatnya memiliki pengetahuan yang beragam tetapi mereka memiliki tidak
lalai bahwa yang membesarkan mereka merupakan Muhammadiyah. Kepulangan ke Muhammadiyah
yang diharapakan memberikan pengetahuan yang baru dan untuk mengembangkan gumna
mewujudkan Muhammadiyah yang makin peka terhadap realitas social. Tetapi
sebelum melakukan diaspora gerakan KH. Ahmad Dahlan memberikan ethic yang
membedakan seorang kader itu, memilii kepekaan terhaap Muhammadiyah atau tidak.
Bentuk
dispora kedalam. Diaspora
ikatan kedalam merupakan suatu kewajiban bagi ikatan dan tidak dapat
ditinggalkan dikarenakan ikatan merupakan organisasi kader dan bertugas untuk
menjadi penerus dan penyempurna Muhammadiyah. Apa yang dilakukan oleh ikatan
merupakan penguatan jaringan dengan Muhammadiyah dan memberikan dorongan serta
teguran bagi Muhammadiyah yang tidak menjalankan amanatnya secara konsekuen.
Ikatan dalam konstribusi pada Muhammadiyah dalam bagian disiplin keilmuan
masing-masing kader dan melkukan perberdayaan guna mempersiapkan masyarakat
yang berilmu sebagai cirri dari khoirul umat (masyarakat utama), dalam bahsa
yang dignakan oleh Muhammadiyah. Ikatan mendelegasikan kader terbaiknya guna
mewarnai Muhammadiyah dan memberikan corak yang berbeda dengan ortom yang lain
di Muhammadiyah. Ikatan mengantarkan kader terbaik untuk memberikan pencerahan
pada Muhammadiyah dan perluasan jaringan guna dapat mengembangkan bakat dan
minat kader sesuaid engan disiplin keilmuannya sehingga dalam mengamdi dalam
Muhammadiyah bersikap professional bukan sekedar kader. Pengabdian yang
bersifat professional pada Muhammadiyah ini mencirikan ikatan sebagai gerakan
yang professional dan sebagai cirri dari gerakan ilmu yang didasari, serta
dikampayekan pada ikatan terus-menerus (kontiyu) oleh ikatan.
Bentuk
diaspora keluar.
Diaspora keluar merupakan bentuk keniscayaan yang dilakukan oleh ikatan guna
menciptakan masyarakat yang diidealkan oleh ikatan. Disapora keluar ini dalam
ikatan terbagi mejadi dua macam ikatan secara kolektif dan kader ikatan secara
individu. Bentuk diaspora gerakan dalam bentuk secara individu merupakan sesuai
dengan disiplin keilmuan kader dan spesialisasi yang dimiliki oleh masing-masing
kader dalam melakukan perubahan social. Kader dalam ikatan bersikap mandiri dan
memiliki tujuan yang sama dalam menciptakan masyarakat yang telah diidealkan.
Ikatan yang secara individual berkumpul dengan golongan yang professional dan
yang dilakukan oleh kader mengupayakan gerakan transformasi kesadaran dan
mengajak untuk melkukan gerakan kebudayaan guna menciptakan masyarakat yang
berkeadilan. Sifat dari ikatan ini dalam gerakan yang dilakukan dengan dua cra
sebagai gerakan social dan gerakan kebudayaan. Gerakan social yang dilakukan
oleh individu kader yang berkumpul dengan kaum professional menjadikan gerakan
social yang spesifik dan menuju isu tertentu, bukan politis tetapi menyikapi
realitas yang nyata-nyata riil terjadi. Individu kader dalam gerakannya
bersifat mandiri atapun berkumpul dengan golongan yang professional, ini
dikarenakn dapat dilihat dari masing-masing latar belakang dan disiplin
keilmuan kader yang berbeda, maka dalam gerakannya pun bersifat diaspora dan
bukan satu arah tetapi dari berbagai arah dalam tujuan yang sama.
Ikatan
yang terdiri dari berbagai individu yang berkesadaran maka dalam ikatan secara
otomatis, ia memiliki kesadaran kolektif yang sama. Kesadaran kolektif yang
sama ini bukan dalam dataran penyeragaman tetapi merupakan bentuk kesadaran
yang dibutuhkan ikatan dalam bentuk ethic bukannya seragam dalam bentuk
gerakan. Gerakan yang dilakukan oleh oraganisasi ikatan dalam kebijakannya
berisfat beragam dan tidak dapat seragam dikarenakan latar belakang keilmuan
kader yang beragam pula.gerakan yang beragama yang dilakukan oleh kolektif
ikatan menjadikan suatu gerak serta cirri pergerakan ikatan yang berbeda dengan
golongan yang lain. Ikatan dalam geraknya sesuaid engan keilmuan dan dibekali
dengan ethic profetik, serta bentuk gerakan yang didasari oleh kesdaran ilmu
bukannya ideologis. Ikan dalam hal ini sebagai organisasi pergerakan yang
dilakukan dalam bentuk gerakannya ada empat macam; pertama dispora gerakan
masuk kedalam berbagai macam system yang ada, kedua, penerjunan ikatan dalam
praksis untuk melakukan pemberdayaan dan transformasi social kepada masyarakat
atau kelompok yang termarginalkan, serta ketiga, pengalihan isu yang bersifat
local dan kedaerahan dalam permasalahan social menjadi isu yang bersifat
nasional, serta yang keempat melakukan koordinasi dengen berbagai pergerakan
social yang berada dalam masyarakat guan menuntut keadilan bersama dalam satu
isu yang sama dan tujuan yang sama dalam rangka menciptakan masyarakat yang
telah diinginkan oleh ikatan.
Pertama, masuk
kedalam system merupakan tujuan alam strategi perubahan dan cara untuk
melakukan transformasi social. Ikatan sebagai gerakan intelektual profetik
dengan basik keilmuan diharapkan dapat memasuki system yang ada dan bahkan
menjadi pembuat kebijakan yang telah dikeluarkan dapat memihak kepada rakyat.
Syarat dari kader yang masuk kedalam system yang paling utama melakukan
transformasi kesadaran sehingga system tersebut berethic profetik dalam rangka
mewujudkan system yang adil. Jika kader ikatan tidak dapat membuat kebijakan
tersebut pali tidak ia cukup mewarnai dalam keijakan sehingga dihasilkan suatu
bentuk kebijakan yang berkeadilan. Ikatan harus dapat megontrol kebijakan yang
telah dikeluarkan oleh pemerintah atau paling tidak membuat legal drafting yang
telah dikeluarkan pemerintah gua menggantikan kebikajan yang tidak adil. Ikatan
disini ,emerlukan lembaga-lembaga khusus dalam menangani permaslahan. Lembaga
khusus ini merupakan suatu upaya memberikan tanggapan kepada Negara agar
kebijakan sesuai dengan ethic profetik. Begitupula kader ikatan yang masuk
kedalam partai politik dengan ikatan sudah tidak berkedudukan sebagai anggota
ikatan, tetapi mereka merupakan kader ikatan. Kader ikatan ini harus memiliki
ethic ikatan guna menciptakan kebijkan partai menjadi populis dan memihak
kepada rakyat dengan menciptakan politik diarahkan untuk kepentingan
kemanusiaan bukan dasar kepentingan pragmatis. Jika kader ikatan tidak dapat
mempemgaruhi maka sebaiknya bagi kader ikatan keluar dari system dan membentuk
system baru guna mewujudkan transformasi social agar tercipta khoirul ummah.
Kedua,
pembentukan system yang adil dan berpihak kepada kemanusiaan merupakan suatu
keniscayaan. Pembentukan ini merupakan penerjunan langsung bagi ikatan untuk
melakukakan pemberdayaan langsung pada kelompok yang termarginalkan oleh
kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah. Penerjunan ikatan dalam
melakukan transformasi dengan mengembangkan desa binaan dan pemberdayaan kaum
yang termarginal. Pendampingan yang dilakukan ikatan bersifat kontiyu dan trus
menerus sehingga masyarakat memiliki keasdaran dan bersikap kritis. Ikatan dalam
hal ini merupakan pengabdian dari gerakan yang telah dilakukan oleh LSM dalam
melakukan pemberdayaan terhadap masyarakat. Transformasi yang dilakukan oleh
ikatan berbeda dengan LSM dikarenakan ikatan memiliki ethic profetik dan bentuk
transfoemasi yang berbeda pula, serta tujuan yang diinginkan oleh ikatan juga
berbeda. Pemberdayaan bentuk transfoemasi dalam masyarakat bersikap langsung
dengan menganggap bahwa masyarakt sebagai subjek perubahan dan memberikan
penyadaran dalam bentuk gerakan social atau gerakan kebudayaan. Gerakan kedua
dalam masyarakat didasarkan pada ilmu sehingga dapat mentransformasikan kepada
masyarakat sebagai masyarak yang berilmu, bersikap kritis, ilmiah, rasional,
terbuka, tidak terkungkung mitos, tradisi dan tak berfikir material. Bentuk
transformasi yang dilakukan oleh ikatan berdasarkan ethic profetik guna
menciptakan garden city.
Ketiga,
isu bersifat local merupakan suatu permasaahan nasinal meruapakan rasa empati
dari gerakan masyarakat yang harus didukung dan mendapatkan advoasi dari bentuk
gerakan ikatan dan merupakan suatu keharusan. Dalam peta gerakan social
sekarang masyarakat mulai tercerahkan dan mulai peka terhdap ketidak adilan
yang dilakukan oleh pemerintah maka memunculkan gerakan social. Gerakan social
yang sekarang berkembang sangat menyebar dan divergen dan permasalahan yang
diangkap merupakan isu local dan berdampak atau menjadi isu nasional. Ikatan
memiliki kesadaran yang peka dan melakukan pengkajian terhadap permasalahan
yang terjadi serta memberikan suatu jalan penyelesaian agar lebih baik.
pengembangan isu merupakan langkah gerakan ikatan untuk memberikan rasa
solidaritas terhadap suatu kelompok dalam melakukan pembaharuan. Pengalihan in
diharapkan dapat merubah suatu kebijakan yang telah dikeluarkan agar dapat
ditinjau ulang atau bahkan dihentikan.
Keempat,
ikatan melakukan kerjasama perluasan jaringan yang melakukan pemberdayaan
terhadap masyarakat. Kerjasama yang dilakukan oeh ikatan gun amemberikan
dukugan secara moral dan material terhadap suatu bentuk pembedayaan terhadap
masyarakat untuk dapat mandiri supaya tidak mengalami ketergantungan kepada
Negara. Bahkan sewaktu-waktu ikatan mengadakan aksi bersama dengan seluruh
elemen dari lembag social yag konsen terhadap permberdayaan gar terciptanya
suatu keadilan dalam masyarakat. Gerakan social yang terfragmentasikan ini oleh
ikatan di satukan dalam rangka menghadapi satu persolan yang sama yakni masalah
kemiskinan dan kemanusiaan. Sedangkan untuk permaslahan yang lain spesifik
seperti gender, masyarakat adat dan keagamaan, sikap ikatan ikut mengembil
peran dan alih gerakan tersebut dengan cara melakukan transfomasi sesuai dengan
tujuan dan yang dicita-citakan oleh ikatan. Ikatan melakukan dorongan dan
membantu pemyelesaian apa yang dihapai oleh masing-masing gerakan dalam upaya
transformasi social.
Gerakan
diaspora ikatan baik alam bentuk keluar atapun kedalam merupakan ikatan
mewujudkan masyarakat yang telah diidealkan. Masyarakat yang telah diidealkan
suatu bentuk masyarakat yang berkeadilan dan menjungjung tinggi ham, serta
hukum yang berlaku. Ikatan dalam mewujudkan itu semua berlomba degan waktu dan
upaya melakukan rekonstrusi terhadap peradaban yang terjadi di barat
dikarenakan mengalami ketimpangan, dimana terjadinya dehumanisasi bukannya
peradaban merupakan bagian dari humanisasi manusia. Ikkatan melakukan perubahan
social dalam bentuks transfoemasi atau kalu bisa jga dapat merubah kebijakan
agar lebih memberikan makna kepada kaum miskin bukannya kaum pemodal.
Billahi fi
sabilil haq
wassalam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar